ALLOOHUMMAJ'ALNI ZIAAROHTUL HAROMAIIN (H10)

MADINAH-SURABAYA

Rabu, 29 Nopember 2017
Menempuh perjalanan Madinah-Surabaya di malam hari dalam kondisi badan lelah sungguh terasa nikmatnya sampai-sampai harus dibangunkan pramugari untuk santap malam sebanyak tiga kali. Salah satu menu yang dihidangkan antara lain kwetiau goreng, sebenarnya enak tetapi perut masih agak kenyang sehingga berkurang selera, kalau saja tidak mendengar suara ramah pramugari Garuda mungkin saya sudah tertidur lagi. Sewaktu tadi bangun tidur  seperti bermimpi, masih terbawa suasana di Mekkah dan Madinah. Waktu 9 hari di tanah suci berlalu begitu cepatnya meninggalkan kenangan mendalam. 

Sejenak merenung, seandainya waktu bisa diputar kebelakang, menyesal sekali kenapa baru sekarang mengunjungi tanah suci. Berpuluh-puluh tahun tangan, kaki dan leher ini seolah-olah terjerat oleh kesibukan yang tidak pernah ada habisnya. Saya cukup takjub menyaksikan di belahan dunia lain ternyata begitu banyak manusia yg rela berlari-lari, berpanas-panasan bahkan berlomba-lomba mengejar bekal kehidupan di akherat. Hal itu mengingatkan saya untuk ber istighfar, teringat doa pertaubatan Nabi Adam dalam Al-Quran Surat Al A'raf ayat 23 sebagai berikut :

Robbanaa zholamnaa anfusanaa wa illam tagfirlanaa watarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin
yang artinya :
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang yang merugi.


Doa diatas bila di baca sungguh-sungguh dengan sepenuh hati membuat kita semakin merunduk seperti tanaman padi.

Apabila ditarik mundur, ke inginan saya pergi ke tanah suci tidak datang begitu saja, melainkan melalui sebuah proses dan saya yakin setiap orang akan mengalami  proses spiritual yang berbeda-beda.  Saya telah menjalani proses pencarian dan ujian yang  cukup berat sebelum mengalami kerinduan ke Baitullah. Berawal ketika 6 tahun yang lalu (Nopember 2011)  ingin mengenakan hijab, padahal sebelumnya tidak pernah ada gambaran sama sekali. Roda kehidupan berputar, masa pasang surut silih berganti mewarnai kehidupan saya.

Bertepatan dengan bulan Ramadhan (setahun yang lalu), saya mempunyai ke inginan untuk lebih khusyu dalam beribadah melalui pendekatan puasa Ramadhan di lanjutkan puasa Senin-Kamis pada bulan biasa. Saya mulai merasakan sedikit perubahan tetapi masih belum mempunyai keberanian untuk berbuat banyak. Kemudian di bulan Ramadhan tahun ini saya memperbarui niat untuk membuat satu perubahan. Sebagai langkah awal, saya meningkatkan frekuensi membaca, dimulai dari  membaca syair-syair pujangga Persia, beberapa petikan Hadist dan Al-Quran. Setelah memiliki sedikit perbendaraan kosa kata, saya mulai menulis beberapa puisi di blog saya. Hobby menulis sebenarnya sudah lama saya tinggalkan, tetapi kemudian menjadi salah satu keasyikan tersendiri. Dengan menulis beberapa puisi religi saya seperti menemukan sesuatu yang baru, seolah-olah dinding hati saya yang tadinya mengeras mulai cair satu per satu. Saat mendengar suara adzan, saya seperti mendengar lantunan syair indah yang mengetuk sanubari dan saya mulai merindukannya. Beberapa kali saya seperti terbangun otomatis di sepertiga malam terakhir, Subhanallah. Sejak saat itu saya memantapkan hati untuk berangkat ke Baitullah. Memang tidak mudah menuju Hijrah, saya harus meninggalkan beberapa hal yang saya anggap penting tetapi saya yakin Allah akan mengganti semuanya dengan jauh lebih baik.

Saya merasa bersyukur mendapat kesempatan memenuhi panggilan ke Baitullah, ternyata Allah  sama sekali tidak menghukum saya dengan pembalasan  di dunia seperti yang banyak diceritakan oleh orang-orang, bahkan Allah menyambut kedatangan saya dengan cinta kasih. Pemberian tasbih di Masjidil Haram Mekkah oleh seorang wanita keturunan Arab dan pemberian segelas air zam-zam di Masjid Nabawi Madinah oleh pria Arab dengan kostum khas seperti keluarga kerajaan Saudi Arabia, serta beberapa pengalaman lainnya  saya artikan sebagai cara Allah menyambut Hijrah saya. Kehangatan di setiap sudut Masjid Nabawi  menumbuhkan rasa semakin cinta kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan kesadaran akan pentingnya menegakkan ajaran agama Islam . 

Momen di tanah haram adalah momen yang luar biasa dalam hidup saya, namun saya tidak ingin menyimpannya seorang diri tanpa menyampaikan kabar bahagia ini. Saya mengajak seluruh keluarga, kerabat, para sahabat untuk menjemput cinta Allah SWT tanpa menunda waktu lebih lama lagi. 

Alloohummaj'alni ziaarohtul Haromaiin yang artinya Ya Allah semoga bisa mengunjungi Al Harom, Aamin Ya Robbal Alamin.



10.30 WIB
Alhamdulillah pesawat mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Juanda Surabaya. 
Dengan demikian selesai sudah penulisan ringkasan perjalanan umroh kami, semoga bermanfaat bagi pembaca. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Komentar

Posting Komentar