MADINAH KOTA MAHABBAH (H6)

SABTU, 25 NOPEMBER 2017

08.00
Sungguh diluar dugaan, masjid Nabawi ternyata lebih indah dari yang saya bayangkan. Pilar-pilarnya besar, desain interior maupun exteriornya sungguh menawan. Setiap orang yang memasuki rumah Rasulullah ini pasti akan merasa takjub seperti melihat gambaran Surga dunia.
Acara rombongan hari ini untuk jamaah pria adalah ziarah di makam Rasulullah, Raudhah, dan Mihrab di Masjid Nabawi, sedangkan untuk jamaah wanita sholat di Raudhah dibawah pendampingan Ustadzah yang ditunjuk oleh pihak DIVA WISATA. Diluar agenda tersebut, jamaah dipersilahkan beribadah secara mandiri (sholat 5 waktu berjamaah, itikaf, dan lain-lain di Masjid Nabawi).

MENUJU RAUDHAH (I)
Yang disebut Raudhah adalah tempat antara rumah yang juga makam Rasulullah (lokasi terletak dibawah kubah masjid berwarna hijau) dan mimbar beliau. Disebut dengan Taman Surga, dimana setiap doa akan di kabulkan  Allah SWT. Tempat tersebut ditandai dengan pilar-pilar putih dengan ornamen kaligrafi khas yang indah dan karpet berwarna hijau yang menutup lantainya. Bagaikan Taman Surga yang elok sebagaimana Sabda Rasulullah :
Diantara rumahku dan mimbarku adalah sebagian Taman Surga (HR. Bukhari).
Di kawasan tersebut selain terdapat makam Rasulullah juga dua makam sahabat yaitu Sayidina Abu Bakar RA dan Sayidina Umar RA.
Salah satu sudut Masjid Nabawi
Foto kubah hijau diambil dari ruangan dekat Raudhah. 
Seluruh karpet di Masjid Nabawi berwarna merah kecuali di Raudhah berwarna hijau. Raudhah adalah tempat mustajab di Masjid Nabawi, tempat paling utama dimana terkabulnya segala doa yang sangat di incar para jamaah, khususnya di shaf wanita karena tidak terbuka setiap saat melainkan hanya terbuka di jam-jam tertentu. Menuju Raudhah bukanlah hal yang mudah, sehingga harus mensiasati dengan memilih waktu yang tepat.
07.30 - 10.00
Suasana di masjid Nabawi di pagi hari cukup hangat serasa berada di rumah kita sendiri, meskipun cuaca di luar cukup dingin (temperatur +/- 16* C). Saat mendekati Raudah, nampak kubah hijau dari jarak sekian meter. Antrian jamaah menuju Raudhah sudah cukup berjubel, tetapi kami sabar menanti. Rupanya Askar wanita di Masjid Nabawi sudah berpengalaman menghadapi perilaku jamaah dari setiap Negara sehingga antrian dipisah dengan pembatas pagar dari tali plastik antara jamaah yang berasal dari Pakistan, India, Banglades dan sekitarnya dengan jamaah dari Melayu (Indonesia, Malaysia dan sekitarnya).

Saya amati jamaah dari negara tetangga memang ada beberapa yang tidak sabaran dan berdesak-desakan padahal mereka sudah dipersilahkan masuk terlebih dahulu.  Pendamping rombongan kami memberi pengertian bahwa jamaah Melayu mendapat giliran belakangan karena di khawatirkan terjepit jamaah negara tetangga yang memiliki postur lebih besar dan kuat.  Kami harus sabar menunggu giliran, menghormati aturan dan jangan mendzolimi orang lain dengan cara kasar, perbanyak dzikir sambil berdoa dalam segala situasi. Selang beberapa saat, Askar wanita mempersilahkan jamaah Melayu masuk Raudhah dengan tertib. Saya bergegas melangkah tetapi tidak perlu berlari-lari karena tempat nya sudah di depan mata, cepat atau lambat pasti mendapat giliran.

Aroma Raudhah sangat khas berbau parfum yang sangat wangi, suasana yang padat merayap tidak mengganggu ke khusyu'an berdoa, sambil berdiri tetap berdzikir menyebut Asma Allah. Saat memasuki Raudhah yang di tandai karpet hijau, dengan berhiaskan simbol khas Kerajaan Arab Saudi yaitu pedang dan kurma, ada beberapa orang yang mengerjakan sholat di tengah barisan meski beresiko ditabrak arus dari belakangnya. Terdengar satu dua tangisan balita diantara teriakan Askar wanita yang berusaha mengatur barisan agar terus bergerak. Saya tidak mengerjakan sholat di tengah barisan, khawatir mengganggu arus, tetap fokus menuju shaf paling depan yang ditandai pembatas dinding plastik bening. Setelah selesai membaca doa di sujud terakhir pada rokaat ke dua, saya menambahkan doa dalam hati secara cepat. Antrian yang menunggu di belakang sudah banyak sekali, jadi saya tidak bisa berlama-lama, sejurus kemudian bangkit menuju arah keluar Raudhah dalam kondisi tetap berdesak-desakan. 
Foto karpet hijau di dalam Raudhah
Pengalaman berada di Raudhah sangat luar biasa, meskipun bukan musim haji tetap dipenuhi jamaah, menandakan bahwa saat ini umat Islam yang mengerjakan ibadah umroh tidak memandang musim, sepanjang waktu terus mengalir. Hingga hari ke 6 berada di Kota Suci Mekkah dan Madinah, saya amati areal di seputar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tidak pernah sepi pengunjung, selama 24 jam selalu di kunjungi jamaah . Subhanallah.
Setelah dari tempat Raudhah, para jamaah dipersilahkan melakukan ibadah secara mandiri hingga malam hari. Saya mempergunakan kesempatan untuk pengenalan lingkungan antara lain melihat Baqi yang terletak di areal masjid Nabawi. 


Pintu masuk Baqi di areal Masjid Nabawi
Baqi adalah tempat pemakaman keluarga dan para Sahabat Nabi Muhammad SAW, antara lain terdapat makam Utsman Bin Affan Khalifah ketiga dan menantu Nabi Muhammad SAW, istri-istri Nabi termasuk Aisyah, anak-anak Nabi termasuk Fatimah Az Zahra, dan keluarga beserta sahabat-sahabat Nabi, total sekitar 10.000 jenasah (sumber wikipedia).
Lantas dimana makam Ali Bin Abi Tholib, Khalifah setelah Utsman bin Affan sekaligus menantu Nabi Muhammad, dan suami putri nabl yang bernama Fatimah Az Zahra? makam beliau belum di ketahui secara pastinya. Wallahu A'lam.

Belum genap sehari berada di Kota Madinah, sudah  terasa bahwa kota ini sangat penuh cinta kasih. Kesan tersebut terbentuk sejak pertama  menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, melihat bagaimana cara para pekerja kebersihan, pekerja keamanan menyambut tamu Allah, beberapa kali mereka memberi salam "Assalamualaikum" dengan sopan.  Di dalam masjid, para Askar wanita bekerja tanpa lelah mengatur shaf sholat, dan para jamaah tertib mengikuti aturan, satu dengan yang lain nampak saling ber empati walau tidak bisa berkomunikasi karena perbedaan bahasa. Yah memang benar, sesuai nama yang diberikan Rasulullah, Kota Madinah disebut Madinah Al Munawaroh atau Kota yang bercahaya. Saya menemukan cahaya (Nur) di dalam hati dan pikiran, yang membuat semakin memahami arti CINTA UNIVERSAL. Bagi saya, Madinah  Kota Mahabbah.
Foto gadis kecil di areal Masjid Nabawi 

Komentar