TERIMALAH HIJRAHKU

RABU, 22 NOPEMBER 2017

23.00
Selama dua kali umroh, belum memasuki area Hijir Ismail membuat kerinduan mencium Kabah tidak tertahankan. Hari Rabu 22 Nopember sekitar pukul 23.00 malam,  saya bersama suami memasuki Masjidil Haram dengan menggunakan pakaian ihram. Mengapa demikian? Dalam kondisi biasa, sebenarnya tidak ada pembatasan bagi semua jamaah untuk melakukan Thawaf di areal Kabah, namun karena adanya aktivitas  renovasi sumur zam-zam yang masih berlangsung maka separuh (50%) dari areal Thawaf tertutup dan  hanya diperuntukkan jamaah yang ber Ihram saja. Peraturan ini baru kami tahu setelah beberapa kali mencoba masuk areal Thawaf (dalam keadaan tidak sedang ber Ihram) tetapi di tolak ASKAR (petugas keamanan) .

Temperatur udara Mekkah cukup dingin kemungkinan dibawah 16* C, suasana di jalan menuju Masjidil Haram juga lebih sepi dari biasanya. Sepanjang jalan saya berdoa " Allahumma yassir walaa tu'assir" yang artinya Ya Allah, permudahkanlah urusanku dan janganlah Engkau persulit. 

Sampai di Masjidil Haram masuk melalui pintu 74, pikiran terfokus melaksanakan Thawaf sunah dan berdoa di tempat multazam. Begitu sampai di areal Thawaf, Alhamdulillah tidak butuh waktu lama bisa mendekati Kabah dan mencium aroma wanginya. Hati bergetar hebat saat berhasil menyentuh nya, tak kuasa membendung tangispun meledak tak tertahankan. Kata pertama yang meluncur dalam hati adalah Alhamdulilah, Ya Allah Kau ijinkan aku datang padaMu, terimalah hijrahku. Setelah beberapa saat kami  pun melanjutkan putaran menuju Hijir Ismail. Begitu sampai di pintu  , seperti ada kekuatan yang mendorong hingga langsung masuk di tengah-tengah jamaah yang berdoa di dalamnya. 
Saya melangsungkan sholat 2 rokaat dengan cepat kemudian melanjutkan doa di bawah talang emas. Dalam kondisi masih berdoa, terasa ada sedikit benturan kanan kiri dari jamaah lain tetapi saya masih bisa meneruskan doa. Atmosfer Hijir Ismail demikian dahsatnya, ibarat serangan aliran listrik, disitulah voltase tertinggi yang pernah saya rasakan. Sekali lagi saya menyentuh dinding Kabah dan mengeja nama 3 anak saya Vito, Rayo dan Shano. Begitu berakhir,  Askar memperingatkan agar segera beranjak, memberi kesempatan jamaah lainnya.
Foto jamaah Thawaf diambil dari belakang Hijir Ismail pukul  23.47
Setelah keluar dari Hijir ismail kembali larut dalam pusaran manusia, terasa langkah kaki ini menjadi lebih ringan. Saat sudah menepi dari areal Thawaf, saya mendapat kesempatan bersimpuh di belakang Hijir Ismail untuk berdoa dan sempat meng abadikan gambar di atas beberapa saat sebelum di minta minggir oleh Askar.
Foto saat melewati jalan keluar pukul 00.08 
Saya posting momen di dalam Hijir Ismail di Blog ini tepat setelah 2 minggu, di hari dan menit yang hampir sama.

Komentar

Posting Komentar