THAWAF WADA- JEDDAH-MADINAH (H4-5)

KAMIS, 23 NOPEMBER 2017


Agenda hari ke 4 adalah ibadah secara mandiri, namun atas usulan mayoritas jamaah diperoleh kesepakatan untuk melaksanakan ibadah umroh lagi (yang ke 3), dengan pendampingan dari pihak Muthawif DIVA WISATA. Rupanya jamaah tidak mau kehilangan kesempatan untuk beribadah selagi masih berada di Kota Mekkah.  

Dari Jabir Bin Abdillah, Nabi Muhammad SAW bersabda  " Sholat di Masjidku (masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali sholat dibandingkan di masjid yang lain, kecuali Masjidil Haram. Dan sholat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali dibandingkan sholat di masjid yang lain.(HR.Ahmad 3/343).
Sebagian jamaah yang berhalangan akibat lelah/sakit atau sudah memiliki rencana lain dipersilahkan  tidak mengikuti rombongan. Fakta menarik dibalik momen umroh ketiga ini  ternyata jamaah  kebanyakan melakukan  niat badal umroh untuk orangtuanya/saudara yang sudah meninggal dunia. 
08.00 
Rombongan keluar dari tanah Haram untuk mengambil miqot di Masjid Aisyah-Tan'im dengan transportasi bis, waktu tempuh hanya beberapa menit. 
Masjid Aisyah  dipergunakan sebagai salah satu tempat miqot bagi setiap orang yang bermukim di Mekkah. Letaknya di sebelah utara Masjidil Haram dengan jarak kurang lebih 7,5 km di pinggir jalan raya menuju kota suci Madinah, sekaligus menjadi pembatas tanah Haram disebelah utara (sumber : haji-umrah-3.blogspot.com).
Setelah tiba di tujuan, jamaah ganti baju ihram, mengambil wudhu, sholat sunah kemudian segera kembali ke bis dan menempuh perjalanan kembali memasuki tanah suci  menuju Masjidil Haram. Jalanan cukup lengang, hingga beberapa saat kemudian sudah berada di masjidil Haram. Alhamdulillah prosesi umroh ketiga ini berlangsung cepat tanpa halangan. Setelah menyelesaikan Tahalul, kami bergegas  kembali ke Hotel untuk beristirahat sambil mempersiapkan agenda berikutnya.

Teringat saat umroh kedua tempo hari, ada sedikit kejadian yang agak mengganggu. Pada saat Thawaf berlangsung tiba-tiba perut saya bergejolak. Sedikit resah, tapi tidak mungkin keluar dari pusaran untuk mencari toilet, meski diperbolehkan tetapi pasti akan mengacaukan situasi. Sambil terus Thawaf dan menahan keringat dingin, saya ber  istighfar dan berdoa dalam hati, Ya Allah saya mengharapkan ridloMu, tundukkanlah perut ini agar bisa menyelesaikan ibadah sampai selesai. Alhamdulillah sejurus kemudian, kondisi berangsur-angsur membaik. 

Tanpa terasa sudah memasuki malam terakhir di Kota Mekkah, tibalah saatnya besok pagi berkemas dari hotel meninggalkan kota Mekkah menuju Kota Jeddah berlanjut ke kota Madinah. Sore ini kami sudah mulai merapikan semua barang-barang bawaan dalam koper besar, termasuk suvenir haji, tetapi saya tidak memasukkan botol berisi air zam-zam seperti kebanyakan jamaah lainnya. Selain karena pihak travel sudah menjanjikan 5 liter air zam-zam untuk masing-masing jamaah, saya juga termasuk orang yang memperhatikan faktor keamanan dan tertib perjalanan. Saya juga tidak mau berurusan dengan petugas bandara yang mungkin akan membongkar isi koper saya. Selesai berkemas sekitar pukul 20.00, koper saya taruh di depan kamar untuk di angkut petugas yang ditunjuk Diva Wisata.  
Masih ada satu acara lagi yaitu Thawaf wada (perpisahan) yang akan di laksanakan sebelum tengah malam.
22.00
Rombongan menuju Masjidil Haram, sepanjang perjalanan meresapi ibadah yang telah kami lakukan 4 hari ini, rasanya sedih sekali harus berpisah dengan kota Mekkah. Thawaf kali ini berlangsung lebih tenang, menjelang putaran ke tujuh  mulai  bergeser masuk mendekat ke arah dinding Hijir Ismail, dan tepat selesai putaran ke tujuh berhasil masuk kedalamnya. Kami bergantian sholat dan berdoa, selang beberapa saat keluar memberi kesempatan jamaah lainnya. 
Dari Hijir Ismail bergerak menuju maqom Ibrahim. Saat itu cuaca malam benar-benar bersahabat, kami bisa berdoa dengan khusyu di saksikan Kabah dan bintang-bintang yang bertaburan di langit.
Tidak hanya penduduk di Bumi, sebenarnya para malaikatpun setiap hari  melakukan sholat di Baitul Makmur (kiblatnya penduduk langit)
Hadis riwayat Anas Bin Malik RA menceritakan kisah Nabi ketika  melakukan Isroj Mik'roj untuk menjemput perintah sholat , bahwa Rasululloh bersabda : Disana aku bertemu Nabi ibrahim sedang menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur. Ternyata setiap hari ada 70.000 malaikat masuk ke Baitul Makmur dan tidak kembali lagi kesana." (HR.Bukhari 3207) 
Dinginnya hembusan angin malam membuat doa penutup di belakang maqom ibrahim ini sungguh terasa sangat sakral :
"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kali ini sebagai terakhir aku mengunjungi rumah-MU, tetapi jika Engkau menjadikannya kali terakhir, maka gantikanlah (permohonanku) dengan surga Mu, berkat rahmat MU wahai Tuhan Yang Maha Pengasih melebihi kasih sayang segala pengasih. Aammin wahai Tuhan seru sekalian alam."

Thawaf wada dan berdoa di tempat multazam berlangsung kurang lebih 1 jam. Peristiwa ini merupakan klimaks dari perjalanan suci di Mekkah Al Mukarammah. Ketika langkah kaki meninggalkan area Kabah sekali lagi saya menengok Kabah, melambaikan tangan dan berkata dalam hati Ya Allah ijinkan aku kembali tahun depan memenuhi panggilanMU. 
22.30
Setelah selesai menguras keharuan, kami menuju jalan keluar dari Masjidil Haram tetapi sebelumnya mencari latar belakang yang bagus untuk sesi foto bersama.

Sedikit berbagi pengalaman saat berdesak-desakan di waktu Thawaf, ternyata suami saya  mengalami hal  kurang nyaman, yaitu  kehilangan uang kecil di saku ikat pinggangnya, tidak banyak hanya beberapa real. Benar apa yang dikatakan Tour Leader  bahwa Masjidil Haram adalah tempat suci tetapi di dalamnya belum tentu semuanya berhati baik, tetaplah waspada di segala tempat. Pada saat Thawaf pandangan mata kita terutama tertuju ke arah Kabah di posisi samping kiri, kemungkinan tangan jahil bergerak dari arah samping kanan, jadi sebaiknya bila membawa tas kecil berisi uang dan Hand phone di letakkan di posisi depan sebelah kiri.




HARI KE 5 (JUMAT 24 NOPEMBER 2017)
08.00
Check Out dari hotel Dar Khalil Ar Rushad Mekkah menuju Jeddah.
11.00
Tiba di Jeddah  belanja suvenir haji antara lain parfum, hijab, asesoris, kurma, dsb di pertokoan kawasan Ballad Corniche. Toko Arab yang disukai orang indonesia adalah yang harganya relatif murah, masih bisa di tawar dan bisa menggunakan mata uang Real maupun Rupiah. Saya juga senang saat berada di parkir bis bertemu dengan penjual Delima merah. Harga yang ditawarkan adalah Rp 50.000,- (3 buah), tanpa menawar lagi langsung saya bayar mengingat buah Delima merah seranum ini tidak pernah saya temui di indonesia. Delima merah merupakan salah satu buah yang kaya Vitamin A, Vitamin C dan E dan mineral seperti Kalsium, Fosfor, Zat besi , dll, berfungsi sebagai anti oksidan dan anti kanker (sumber bliherbal.com).
Foto delima merah sedang merekah.
Selanjutnya rombongan bergerak menuju Kota Madinah, jeda sebentar mengikuti sholat jumat di salah satu Masjid setempat. 
13.00
Perjalanan berikutnya melewati jalan tol yang lurus, kanan kiri bukit-bukit batu gersang dan hamparan padang pasir tandus tanpa tanaman sama sekali. Tidak seperti kondisi di Surabaya yang ramai kendaraan, tol Jeddah-Madinah benar-benar bebas hambatan, mobil yang lewatpun hanya satu dua saja. Perjalanan cukup lama dan sedikit membosakan, saya nikmati sambil sesekali mengambil gambar bukit-bukit. Sayang sekali waktu ada segerombolan monyet-monyet tidak sempat mengabadikan karena posisi di lajur kanan jalan, sedangkan bis bergerak di lajur kiri. Mengherankan bukan? bagaimana bisa monyet-monyet itu bertahan hidup di padang pasir yang tandus. Semua itu hanya berkat pertolongan Allah SWT, yang mengetuk belas kasih para pengguna jalan tol untuk berbagi makanan kepada monyet-monyet tersebut. 

Situasi jalan tol Jeddah-Madinah.

19.00

Tiba di Kota Madinah sekitar pukul 19.00 langsung menuju hotel Elaf An Nakhel yang letaknya cukup dekat dari  Masjid Nabawi. Dari trotoar depan hotel sudah terlihat tower Masjid Nabawi.


Pemandangan di depan Hotel Elaf An Nakhel-Madinah

Atmosfer di Kota Madinah terasa  sedikit berbeda dengan Kota Mekkah. Tata kota nampak lebih teratur,  rapi dan terkesan modern. Bangunan di depan hotel tempat saya menginap  berfungsi seperti ruko di Indonesia, menjual  suvenir perlengkapan haji antara lain busana muslim, sajadah,tasbih,parfum, dan lain-lain.
19.30
Pertama kali menginjakkan kaki di Masjid nabawi, yang saya rasakan adalah kekaguman luar biasa.
Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah. Ya Allah masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah pula aku dengan cara keluar yang benar, dan berikanlah padaku cara keluar yang benar, dan berikanlah padaku dari sisi-MU kekuasaan yang dapat menolong. Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Muhammad dan keluarganya. Ampunilah dosaku, bukalah pintu rahmatMu bagiku dan masukkanlah aku ke dalamnya, wahai Tuhan Yang Maha pengasih dari segala yang pengasih.

Setelah sholat isya saya menunggu suami di halaman luar masjid, dipersimpangan areal tempat sholat pria dan wanita . Menunggu cukup lama membuat kaki pegal, akhirnya bersimpuh di lantai sambil mengagumi pilar-pilar masjid yang begitu indah. Tanpa saya sadari, tiba-tiba seorang pria mendekati saya sambil menyorongkan segelas air zam-zam. Sedetik tak berkedip, baju gamis putihnya yang panjang (thowb) dan surban (keffiyeh) berwarna kotak-kotak merah lengkap dengan kain bulat berwarna hitam yang berfungsi sebagai penahan kain (agal) membuat saya bingung serasa bermimpi. Siapakah dia? entahlah, mungkin itu cara Allah menunjukkan kasih sayang NYA dengan kejutan yang tidak disangka-sangka. Wallahu A'lam (Allahlah Yang Maha Mengetahui).

Komentar

  1. Jangan2 sang pria itu salah satu Pangeran yg ke Indonesia waktu mendampingi raja Salman..??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuih..jangan2 dia putra mahkota ? ckckck......

      Hapus
    2. Putra mahkotanya memberi air zam zam ke orang yg tepat.

      Hapus

Posting Komentar