LAWANG : DESTINASI WISATA KHAS DI GERBANG MALANG RAYA

UKLAM-UKLAM NANG NGLAWANG (Boso Jowo walikan).
Numpak sepur muduno Stasiun Lawang. 
Durung jangkep lek durung tuku onde-onde. 
Dulur-dulur, ayo mampiro nang Lawang.
Tak enteni ndik ngarep gerbang ngantek sore.

JALAN-JALAN KE LAWANG 
Naik kereta api turunlah di Stasiun Lawang. 
Belum lengkap bila belum membeli onde-onde. 
Saudara-saudara, ayo singgahlah ke Lawang. 
Kutunggu di depan pintu hingga sore.


Parikan diatas adalah sepenggal dialek khas arek Lawang (ARELA) dalam bahasa Jawa kombinasi boso walikan khas MALANG.  Lugas, hangat, terbuka apa adanya begitulah kesan yang kita tangkap saat berkomunikasi dengan warga  Lawang pada umumnya.



GERBANG MALANG RAYA.
LAWANG adalah salah satu kota kecamatan yang terletak di Kabupaten Malang-Jawa Timur, merupakan kota pertama saat memasuki gerbang Malang Raya dari arah Surabaya. Berjarak 80 an km dari Bandara Juanda Surabaya, diporos utama JL. Raya Surabaya-Malang yang bisa dicapai dengan sarana transportasi darat lebih kurang 1,5 jam tergantung kepadatan volume kendaraan.

Dari arah pusat kota Malang hanya berjarak kurang lebih 18 km dan dari arah kota Wisata Batu sekitar 20 km. Kemudahan akses jalan dari berbagai arah, baik dari Surabaya, Malang maupun dari kawasan wisata lain yaitu Batu dan Gunung Bromo serta keanekaragaman ciri khas  menjadikan kota Lawang sebagai salah satu destinasi wisata potensial di wilayah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang. 



NIKMATNYA SENSASI HAWA PEGUNUNGAN. 
Secara geografis kota Lawang terletak di area pegunungan, di bawah kaki Gunung Arjuna, bersanding dengan dua bukit besar yang memanjang disebelah timur  Lawang yaitu bukit Pilang dan Bale, serta berlatarkan Gunung Semeru yang nampak berwarna kebiruan dari kejauhan.

Berada pada ketinggian + 600 meter dpl, memiliki suhu udara sejuk  khas pegunungan  (sekitar 21' C), membuat Kota Lawang terkenal sebagai jujugan tempat peristirahatan. Keberadaan rumah pemukiman, bangunan losmen, rumah peristirahatan, dan hotel berasitektur Kolonial merupakan bukti bahwa pesona kota Lawang sebagai kota peristirahatan  tidak terbantahkan 
 sejak dulu hingga sekarang 

Bagi wisatawan yang baru pertama kali berkunjung ke Lawang, hawa dingin tak cukup ditepis dengan selembar baju tebal saja, melainkan dilengkapi dengan  secangkir racikan ipok  (kopi) panas, berasal dari seduhan kopi bubuk tradisionil. Rasa pahit butiran kopi dan aroma wanginya, sungguh menimbulkan sensasi yang sangat khas 
apalagi jika di nikmati disaat udara dingin menyergap. 




GANOK TUNGGALE, MEK ONOK NDIK LAWANG.
(Tidak ada duanya, hanya ada di Lawang). 

1. PASAR TRADISIONIL NON STOP 24 JAM. 
Spot foto terbaik dan cukup instagramable bisa di nikmati di atas jembatan penyeberangan pasar, di tempat tersebut bisa melihat panorama Lawang dari berbagai penjuru antara lain Hotel Niagara dan Gunung Wedon (sisi utara), keramaian pasar berlatar belakang Gunung Arjuna (sisi barat), dan Gunung Bale beserta hamparan hijaunya di sisi timur.

Pasar Tradisional Lawang merupakan destinasi belanja favorit  wisatawan lokal, berbagai produk segar pertanian maupun olahan lokal tersajikan secara khas  dalam tatanan lapak. Komoditi pilihan berupa sayur mayur dan hasil kebun menunjukkan kesuburan tanah serta keragaman hasil pertanian Lawang.
        
Aktifitas tata niaga bergerak sepanjang hari  non stop, baik pada siang maupun malam hari tak pernah berhenti. Menjelang malam hari di seputar pasar terdapat aneka kudapan dan makanan malam melengkapi kemeriahan Lawang sebagai jujugan wisata kuliner maupun wisata belanja.

Komoditi unggulan yang sering di incar para wisatawan antara lain adalah aneka sayur segar, dan bila beruntung akan menjumpai godong kates, godong luntas, godong simbukan, dan daun khas lainnya sesuai musim.  Produk lain adalah buah-buahan segar, makanan tradisionil, jajanan pasar, camilan khas, dll.


Pemandangan khas yaitu pedagang sayur menggelar dagangan di tepi jalan juga menjadi salah satu keunikan Pasar Lawang yang hingga kini masih membutuhkan sentuhan khusus  tanpa mengubah unsur ke asliannya. Layanan ONE STOP SERVICE 24 jam, pusat perkulakan sayur mayur & buah, situasi aman dan nyaman akan memperkuat posisi Pasar Tradisionil Lawang sebagai salah satu IKON dan magnet wisata belanja.




2. HOTEL NIAGARA.
Merupakan IKON LEGENDARIS yang tidak terpisahkan dari sejarah Lawang sebagai kota peristirahatan sekaligus menjadi saksi perkembangan kota dari jaman ke jaman. Saat ini hotel berlantai lima tersebut masih berfungsi sebagai penginapan, tampak luar kondisi masih cukup terawat. Bangunan peninggalan zaman Kolonial yang terletak di dekat Pasar Lawang ini dibangun sejak tahun 1918 (tahun ini genap berusia 100 tahun),  dengan ciri khas dindingnya berbentuk batu bata berwarna orange kemerahan, dari kejauhan terlihat sangat menyolok.




3. BANGUNAN KUNO PENINGGALAN ZAMAN KOLONIAL.
IKON Khas lainnya yang membedakan Lawang dengan kota-kota lainnya adalah masih banyaknya bangunan kuno yang dipertahankan keasliannya. Posisi strategis di gerbang Malang Raya, iklim yang mendukung serta kekayaan potensi alamnya membuat kota Lawang disukai oleh pemerintah Kolonial di jamannya.

Jejak geliat perdagangan, aktifitas militer dan kebutuhan peristirahatan di masa tersebut bisa dicermati dari banyaknya bangunan kuno dengan konstruksi khas arsitektur Belanda yang tersebar di beberapa wilayah  strategis, kawasan perdagangan maupun pemukiman penduduk.


Sebagian dari bangunannya masih dalam kondisi terawat dan berfungsi dengan baik antara lain Markas Militer di Tawangsari, Rumah Sakit Jiwa Sumber Porong,  puluhan rumah kuno yang tersebar di kawasan Pandowo-Ngamarto-Kauman-Kalirejo-Kelurahan Lawang dan sekitarnya, Mapolres Lawang, Stasiun Kereta Api, jembatan kereta api Bok Glendeng, Sekolah SD & SMP, Sanggar Kalirejo, PDAM & Pemandian di Polaman, Hotel Niagara, dll. 


Jumlah seluruh bangunan kuno di Kota Lawang mencapai puluhan dengan ciri khas yang cukup menyolok yaitu berdinding tebal, ber cat putih, beratap tinggi, pintu-jendela terbuat dari kayu yang sangat tebal dan kokoh.  Namun cukup disayangkan bahwa ada beberapa bangunan yang kurang terawat, sebagai aset bersejarah selayaknya mendapat perlindungan dalam Peraturan Daerah, sebagai kawasan Heritage. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian seluruh komponen masyarakat dalam turut menjaga dan mempertahankan agar aset budaya Lawang tetap terpelihara dari generasi ke generasi berikutnya.



4. KEBON TEH WONOSARI DI  LERENG GUNUNG ARJUNA.
Gunung Arjuna tidak lepas dari legenda Arjuna satria penengah Pandawa, dalam kisah pewayangan. Konon, gunung tersebut adalah tempat pertapaan Arjuna yang memiliki kesaktian tak tertandingi hingga menggegerkan para Dewa di Kahyangan. Selain legenda wayang, juga diyakini menyimpan banyak sekali peninggalan situs purbakala, yang menjadi kisah tak terungkap dari sisa kebesaran jaman Kerajaan Majapahit. 

Mengandung banyak misteri membuat Gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Raung itu nampak gagah dan indah terutama di pagi hari saat kabut tipis menyelimuti lereng, pesonanya bak Sang Arjuna yang senantiasa memikat mata menoleh kearahnya. 


Agro Wisata Kebon Teh Wonosari berada pada lereng Gunung Arjuna di ketinggian antara 950-1.250 meter dpl, aset  milik PTPN XII tersebut telah berdiri sejak jaman Kolonial dan menjadi kebun teh pertama di Jawa Timur. Hembusan udara dingin dan segar khas gunung, hamparan kebun teh berwarna hijau, berbagai fasilitas wisata dan spot-spot foto yang amat menarik membuat para pengunjung sangat betah berlama-lama disana.


Bagaikan kecantikan seorang wanita, tidak hanya dilihat dari  paras wajah yang elok saja tetapi juga dari ciri khas  yang dimiliki. Seperti halnya kecantikan Dewi Sri Kandi, istri Arjuna penengah Pandawa. Meski Arjuna memiliki 15 orang istri yang semuanya cantik, tetapi kecantikan Dewi Sri Kandi berbeda dan terlihat menonjol diantara para puteri karena kemahirannya dalam bermain pedang dan memanah.

Analog dengan kisah diatas, Kota Lawang yang juga memiliki ciri khas dan keunikan baik dari sisi iklim, kontur wilayah, aneka ragam potensi alam maupun budaya, sudah selayaknya menjadi pilihan wisata bagi anda yang ingin menikmati sensasi yang berbeda.  Salam WiraWiri Ngopeni Deso



Artikel ditulis oleh : MASAYU
Gambar : Athmara  Collection  

Komentar

  1. Terima kasih infonya untuk Admin, semoga bermanfaat khususnya generasi muda agar senantiasa menjaga ke-asriannya, ke-lestariannya agar tidak rusak dimakan jaman

    BalasHapus

Posting Komentar